Bismillah..
Segala
puji hanya bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kesempatan
kepada kita, terutama aku untuk sampai pada tanggal 3 Ramadhan 1437 H. Allah
beri kenikmatan pula pada pagi ini aku dapat hadir dalam kuliah filsafat hukum
oleh Drs. Zumri Bestado Syamsyuar, M.Hum. Kuliah beliau selalu mengagumkan dan
penuh dengan inspirasi. Seperti aku di hari ini, dalam kuliah beliau dapat
kuselesaikan satu tulisan yang telah lama aku tak selesaikan dan telah lama
pula ditunggu.
Satu
Langkah di Belakangmu, teringat aku pada sebuah kisah yang aku dengar dari
salah seorang ustadz. Kisah teladan dari dua orang sahabat yang dicintai
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam dan kita patut meneladaninya. Dua orang
sahabat yang selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Seperti firman Allah
Subhanahu Wa Ta’ala:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ
الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada
kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu
(dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan
mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. (Q.S Al-Baqarah : 148)
Kira-kira begini kisahnya, yang aku
kutip dari https://kisahmuslim.com/3710-abu-bakar-dan-umar-berlomba-dalam-kebaikan.html
Pada
masa Khulafaur Rasyidin radhiallahu ‘anhum, para sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para tabi’in berlomba-lomba berbuat kebaikan dengan
membantu orang yang membutuhkan dan menolong orang yang teraniaya. Abu Bakar
ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhuma termasuk orang yang
gigih bersaing di dalam amal kebaikan yang mulia ini, yang pelakunya
mendapatkan kebaikan besar di dunia dan banyak pahala di akhirat.
Ada
sebuah kisah yang terjadi pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu.
Pada saat itu Umar mengawasi apa yang dilakukan oleh Abu Bakar. Lalu dia
melakukan dua kali lipatnya sehingga dia mendapatkan kebaikan dan berbuat lebih
dari Abu Bakar dalam hal kebaikan.
Suatu
hari, Umar mengawasi Abu Bakar di waktu fajar. Sesuatu telah menarik perhatian
Umar. Saat itu Abu Bakar pergi ke pinggiran kota Madinah setelah shalat subuh.
Abu Bakar mendatangi sebuah gubuk kecil beberapa saat, lalu dia pulang kembali
ke rumahnya. Umar tidak mengetahui apa yang ada di dalam gubuk itu dan apa yang
dilakukan Abu Bakar di sana. Umar mengetahui segala kebaikan yang dilakukan Abu
Bakar kecuali rahasia urusan gubuk tersebut.
Hari-hari
terus berjalan, Abu Bakar tetap mengunjungi gubuk kecil di pinggiran kota itu.
Umar masih belum mengetahui apa yang dilakukan Abu Bakar di sana. Sampai
akhirnya Umar memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk itu sesaat setelah Abu
Bakar meninggalkannya. Umar ingin melihat apa yang ada di dalam gubuk itu
dengan mata kepalanya sendiri. Dia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh
sahabatnya di situ.
Manakala
Umar masuk ke dalam gubuk kecil itu, Umar mendapatkan seorang nenek tua yang
lemah tanpa bisa bergerak. Nenek itu juga buta kedua matanya. Tidak ada sesuatu
pun di dalam gubuk kecil itu. Umar tercengang dengan apa yang dilihatnya, dia
ingin mengetahui ada hubungan apa nenek tua ini dengan Abu Bakar radhiallahu
‘anhu.
Umar
bertanya, “Apa yang dilakukan laki-laki itu di sini?” Nenek menjawab, “Demi
Allah, aku tidak mengetahui, wahai anakku. Setiap pagi dia datang, membersihkan
rumahku ini dan menyapunya. Dia menyiapkan makanan untukku. Kemudian dia pergi
tanpa berbicara apapun denganku.”
Umar
menekuk kedua lututnya dan kedua matanya basah oleh air mata. Dia mengucapkan
kalimatnya yang masyhur, “Sungguh, engkau telah membuat lelah khalifah
sesudahmu wahai Abu Bakar.”
Begitulah
para sahabat berlomba-lomba dalam kebaikan, melihat Abu Bakar yang selalu
istiqomah dalam kebaikan, Umar Bin Khattab terlihat tak mau kalah dalam
melakukan kebaikan-kebaikan tersebut. Tapi di sisi lain ada kebaikan yang
dilakukan Abu Bakar secara sembunyi-sembunyi yang tidak diketahui oleh Umar Bin
Khattab. Ma syaa Allah, Umar selalu merasa dirinya satu langkah dibelakang Abu
Bakar.
Semoga
kisah di atas memotivasi langkah kita untuk selalu berlomba-lomba dalam
kebaikan. Terlebih di Bulan Ramadhan, yang In syaa Allah pahala akan
dilipatgandakan. Mengingat kisah antara dua sahabat yang dicintai Rasulullah. Aku
juga mengingatmu. Begitulah posisi kita, aku selalu berada di satu langkah di
belakangmu. Meski aku tak seperti Umar Bin Khattab, kaupun belum seperti Abu
Bakar Ash Shiddiq. Tentu saja kita amat jauh dengan keduanya, mereka adalah
generasi terbaik Islam yang akidahnya, amalannya, ibadahnya serta akhlaknya tak
diragukan kehebatannya. Semoga kita senantiasa dapat meneladani mereka. Aamiin
Satu
langkah di belakangmu, iyaaa kau yang selalu menjadi yang terdepan dalam
hal-hal kebaikan, yang selalu ingin menjadi yang pertama dalam hal-hal
kebaikan. Disaat aku masih terlintas memikirkan untuk melakukan hal kebaikan,
tetapi kau telah terlebih dahulu melakukan kebaikan tersebut. Aku iri dan
sangat iri. Allah memberikan kepadamu nikmat untuk bermudah-mudah dalam
kebaikan. Semoga Allah memberikan aku nikmat yang serupa, nikmatnya diberi
kemudahan dalam melakukan kebaikan. Aku ingin sekali menyamai langkahmu itu
tetapi entah kenapa aku selalu berada dalam posisi ‘Satu Langkah di Belakangmu’.
Tetapi tak mengapa. ‘Satu Langkah di Belakangmu’ terkadang menyenangkan,
menjadikanmu sebagai teladan dalam melakukan kebaikan, sebagai motivasi untuk
diriku dalam melakukan kebaikan. tetaplah berada pada posisimu walau aku terus
akan mengejarmu hingga suatu saat aku berada ‘Satu Shaf di Belakangmu’
-kalimat
terakhir hanya pemanis tulisan-