Minggu, 29 Mei 2016

Masa Indah



Bismillaah..
Mengenang masa lalu tak selamanya menyedihkan. Aku ingat ketika menjadi siswa SMA, teman-temanku berdalih tak menyukai pelajaran sejarah karena yang dibahas adalah masa lalu, kita harus move on. Move on dong, move on! Tetapi hal ini sangat bertolak belakang dengan perkataan The Founding Father, Ir. Soekarno yaitu dengan slogan khasnya JAS MERAH (jangan sampai melupakan sejarah). Aku termasuk orang yang setuju dengan beliau, karena dengan adanya masa lalu keberadaan kita akan diakui. Bayangkan, jika kita melupakan jasa-jasa pahlawan kita terdahulu yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan harus menumpahkan darahnya sendiri. Betapa tak tahu dirinya kita ini mengaku sebagai bangsa Indonesia. Menghargai jasa pahlawan dengan meneladani sikap patriotismenya yang kita tahu melalui pelajaran sejarah yang mengenang masa lalu itu.
Mengenang masa lalu tak selamanya membosankan. Adakalanya kita harus mengenangnya hanya untuk sekedar menghibur diri, menumbuhkan semangat dan bahkan dengan mengenang masa lalu kita dapat mengerti arti kehidupan ini. Kali ini, aku akan mengajak kalian menembus lorong waktu, bukan untuk ke masa depan 22 tetapi ke masa lalu. Belasan tahun yang lalu……. Menceritakan sosok lelaki idaman.
“Ayah.. ayah datang.” Aku berlari menyambut kedatangan sosok yang dirindukan. Sosok yang sejak tadi aku tunggu-tunggu. Aku dekap ia dengan erat, beliau membalas dekapanku dengan hangat. Kemudian digendongnya aku memasuki rumah. Aku tak dapat melepaskan pandanganku dari wajahnya. Wajah yang teduh, wajah yang sangat patut dirindukan. Saat itu, aku tidak mengerti betapa lelahnya ia seusai bekerja. Aku memulai memainkan drama lagi, aku merengek, “Ayah yoklah jalan-jalan.” Ia mengiyakan sambil tersenyum. Begitulah setiap harinya, dia akan mengajakku berkeliling kota atau hanya sekedar bermain ayunan di taman kota. Dia tak pernah tampak letih, dia selalu berusaha memberikan senyuman terbaik, ayunan terbaik serta gendongan terbaik untukku..
Hingga malam tiba, dia tetap menemaniku, berada disampingku.  Dia selalu membantuku dalam menyelesaikan pekerjaan rumahku. Dia adalah guru terbaik, ahli matematika, ahli sejarah, ahli politik. Dia dapat mengingat pelajarannya dulu sewaktu sekolah dengan baik. Keren, begitulah cerminan siswan zaman dulu. Sekolahnya sungguh-sungguh sehingga dapat selalu diingat sepanjang masa. Bahkan hingga kini, tugas-tugasku tak lepas dari pendapat-pendapatnya.
Menjelang tidur pun, beliau tetap di sampingku. Menemaniku hingga aku terlelap dalam tidurku. Dia tak akan berhenti berdongeng sebelum aku dapat dipastikan benar-benar telah terlelap. Dongeng haha. Iya dongeng yang hingga kini tak penah aku lupakan. Karena dongeng-dongeng tersebut ku dengar setiap harinya. Dongeng itu Pangeran Kodok, Mak Karak, Bolli sang Anjing Pintar dan masih banyak lagi yang diakhir ceritanya selalu, “Mereka pun berbahagia, pesta 7 hari 7 malam.” Mungkin kalian tak pernah mendengar dongeng-dongeng tersebut, aku juga. Aku hanya mendengar itu dari dia. Dia yang sangat aku sayang…
Pernah suatu ketika, tepat di bulan Ramadhan. Dengan diiringi lantunan Al-Qur’an dari masjid dekat rumah. Seperti biasa, dia menemaniku untuk menuju tidurku. Setelah selesai ia berdongeng, aku memejamkan mataku. Dia memejamkan matanya. Dipegangnya dengan erat tanganku. Sangat erat. Hingga aku merasa risih dan ingin melepaskan genggamannya. Semakin aku melepaskan genggamannya itu, semakin ia menggenggam tanganku erat. Tak ada kata-kata waktu itu. Tapi sekarang aku mengerti, dia melakukan hal tersebut ingin mengatakan kepadaku bahwa ia akan selalu menggenggam erat tanganku di saat aku senang maupun sedih, di saat aku bangkit maupun jatuh. Ia akan selalu ada, memberikan genggaman tangan yang selalu menguatkanku.
Ayah.. akan selalu menjadi idolaku sampai saat ini
Ayah.. akan selalu menjadi sosok yang aku rindukan dan lelaki idaman
Ayah.. engkau adalah sosok yang mencerminkan hadits Rasulullah. Berkata baik atau diam.
Ayah.. Kebijaksanaanmu itu yang membuat bicaramu selalu menjadi solusi, perbuatanmu selalu menjadi teladan.
Ayah.. dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Kau selalu mengantarku. Ridhoi aku untuk mengantarkanmu ke syurga Allah. In syaa Allah. Karena Ridhomu adalah Ridho Allah.
Salam sayang dari anakmu, yang selalu ingin menjadi putri kecilmu~

Selasa, 24 Mei 2016

Kau yang Merah, Biru & Hitam



Kau yang merah..
Ternyata tak seberani warnamu..
Bagaimana mungkin kau yang tangguh diluar..
Didalamnya tak seperti itu..
ada yang mengusik hatimu
Tak dapat engkau sampaikan
Aku harap kau dapat menunjukkan merahmu..
Kau yang biru…
Ternyata kau tak semenarik itu..
Warna cerahmu ternyata kelabu..
Kelabu karena ketidakjujuranmu pada dirimu..
Agar kau tetap tampak biru..
Aku harap birumu itu tak menyembunyikan apapun..

Kau yang hitam..
Ternyata kau benar-benar hitam..
Hitam tak selamanya identik kejahatan..
Hitam itu misterius, menurutku..
Iya itu adalah kau..
Sang misterius yang hitam..

Terlanjur Tidak Nyaman



Terlanjur tidak nyaman,
 itulah yang dapat mendeskripsikan tentang kita untuk sekarang ini. Kita? Iya itu kita, KAU dan AKU.
Ada yang berbeda dari kita, aku pun tak paham dengan baik untuk menjelaskannya. Tapi dapat aku simpulkan, kita tak seperti dulu.
Iyaa bisa dibilang begitu, kita tak seperti dulu. Apa yang salah dari kita? Ada yang bisa menjelaskan? Atau kau yang akan menjelaskan?
Mungkin saja, karena kini aku terlalu terbuka kepadamu atau karena permainan yang sering kita mainkan beberapa hari ini?
Bukankah kita adalah teman, iya kan? Semoga kau setuju, aku bilang kau adalah temanku.
Aku harap kau setuju, aku harap kita tetap begitu. Tetap seperti itu.
Bukankah pertemanan kita itu indah?
Aku harap sekarang akan tetap indah. Tetap indah seperti dulu.
Apa yang kita ucapkan ibarat anak panah yang telah dilepaskan panahannya. Melaju pesat. Tak dapat dikembalikan.
Tapi bukankah pertemanan kita itu dapat dikembalikan?


The Magic of Do'a




Bismillaah.
Alhamdulillah. Hari yang sangat indah, sangat menyedihkan sekali jika kita tak sempat bersyukur terhadap apa yang telah Allah berikan setiap harinya, nikmat yang tiada henti dan tanpa batas. The magic of do’a. kalian percaya dengan kekuatan dan keajaiban do’a? Ketika harapan itu hanya kau gantungkan kepada Allah. Maka kau akan merasakan keajaibannya, keajaiban itu adalah Do’a.
Do'a merupakan bentuk kedekatan hamba dengan Rabb-nya, kedekatan kita kepada Sang Pencipta, kedekatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Do’a merupakan inti dari ibadah menunjukkan hubungan seseorang dengan Allah. Rasulullah bersabda, “Do'a adalah otak (sumsum) dari ibadah.” (HR. Tirmidzi)
Begitu pentingnya doa ini sehingga mampu menjadi otak dari sebuah ibadah. Tentu saja, keajaiban doa tak dapat diraih ketika kita sering lalai mengingat Allah dan melaksanakan perintah Allah. Sesuai dengan hadits:
“ Kenalilah Allah saat kamu senang, niscaya Allah akan akan mengenalimu saat kamu sedang susah.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Hakim, Baihaqi)
Keajaiban do’a akan dapat diraih ketika kita memiliki keyakinan akan Allah dan janji-Nya. Maka ketika kita menjadikan solat dan sabar sebagai penolong kita, in syaa Allah begitu pula Allah akan menolong kita. Ketika banyak ustadz yang mengkampanyekan keajaiban doa, terlihat tak masuk akal tapi itulah yang terjadi. Nothing is imposible, ketika Allah telah berkata ‘terjadi’ maka terjadilah.
Doa pula menjadikan seseorang memiliki hati dan pikiran yang jernih dan terang. Bagaimana tidak? Ketika doa menjadi kesehariaannya, ketika Allah tak luput dari pikirannya dan segala sesuatu yang ia lakukan selalu digantungkannya hanya kepada Allah. Tentu hal ini akan membuat hatinya jernih dan terang, terbuka terhadap hal-hal kebaikan. Maka dapat dipastikan (In syaa Allah), seseorang yang menjadikan doa sebagai kesehariannya akan memiliki sikap tawakal yaitu berserah diri hanya kepada Allah. Ia tak akan sedih jika tertimpa kesusahan, tak akan begitu senang ketika terdapat kemudahan dalam hidupnya. Karena ia yakin bahwa: La hawla walaa quwwata illa billah (tiada daya upaya tanpa pertolongan Allah).
Ikhwahfillah, jadikanlah doa sebagai keseharianmu, dzikir sebagai nyanyianmu. Maka rasakanlah keajaiban itu, maka bersyukurlah terhadap keajaiban itu. Tak perlu bersedih ketika doamu tak dikabulkan dan tak perlu terlalu berbangga hati ketika kemudahan selalu menghampirimu. Tugas kita hanya bersyukur kepada Allah dan meyakini setiap ketentuan Allah terdapat hikmah didalamnya.
Nasehat ini teruntukmu dan begitu pula aku. Afwan minkum, aku hanya seseorang yang fakir ilmu.


Jumat, 20 Mei 2016

Ketika KAU dan AKU menjadi KITA



Bismillah…
Keinginanku. Ini tak hanya sebagai pertaubatan dari zina. Melainkan ini sebagai benteng kemajuan Islam. Kusebut ini sebagai PERNIKAHAN.
Pernikahan adalah sebuah kata maut menurutku, saat kau ucapkan itu, hati ini bergetar, menggebu-gebu, tak sabar menanti kata tersebut menjadi kenyataan. Tapi ketahuilah, wahai diriku…
Pernikahan tak semudah yang engkau kira. Pernikahan tak hanya menyatukan kau dan aku menjadi kita, tetapi juga dua keluarga, dua budaya serta dua kebiasaan yang berbeda yang terkadang masing-masing  keukeuh mempertahankannya. Pernikahan adalah penyatuan dua pikiran manusia. Pastikan sudah kita memiliki tujuan, visi dan misi yang sama, memiliki pemikiran yang sama..
Pernikahan tak semudah yang kau kira, ini lebih rumit dari perencanaan program kerja dakwah di Lembaga Dakwah tetapi perencanaan bagaimana kita membawa keluarga kita bermanfaat untuk kemajuan Islam, dakwah Islam serta melahirkan anak-anak yang cinta Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Pernikahan penuh dengan ketegangan, tak hanya kesenangan. Pernikahan penuh dengan pengorbanan, tak hanya kasih sayang. Pernikahan harus mampu membuat kekuatan dakwahmu, ibadahmu, semangatmu dalam kebaikan meningkat pesat. Jika itu tak terjadi, maka ketahuilah kau telah memilih yang salah. Karena jodoh terbaik, yang bersamanya kau akan lebih dekat dengan syurga Allah.
Wanita, pernikahan tak semudah yang kau kira. Kau harus menurunkan egomu, hilangkan semua sifat kekanak-kanakanmu. Kau harus mampu menjadi wanita tangguh yang dapat melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Dan yang paling penting adalah kau harus mampu menjadi madrasah yang pertama, utama serta yang terbaik untuk anak-anakmu.
Lelaki, pernikahan tak semudah yang kau kira. Kau harus mampu memahami pikiran seorang wanita yang sangat rumit itu, kau harus mampu menurunkan hargamu ketika kau harus membantu pekerjaan rumah istrimu, kau harus mampu menafkahi, menjadi sosok yang bijaksana, yang bicaramu dapat jadi solusi, perbuatanmu dapat menjadi teladan keluarga. Dan yang paling penting adalah semua pertanggungjawaban di akhirat kelak ada pada dirimu, bagaimana kau dapat mendidik istri serta anakmu untuk taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Maka banyak sekali persiapan yang harus kita lakukan. Mulai dari fisik, psikis, ilmu yang tak pernah ada habisnya. Menuntut ilmu  yang tak ada habisnya tapi setidaknya kita telah mengetahui dasar-dasar ilmu pernikahan.. ilmu menjadi seseorang yang kelak akan membina keluarga. Maka, ketika kau dengar kata pernikahan. Jangan terbawa perasaan. Buatlah kata-kata ini menjadi motivasi untuk memantaskan diri menjadi seorang suami/istri dan ayah/ibu. Niatkan semuanya hanya karena Allah semata, orientasinya hanya kepada Allah. Semoga Allah senantiasa selalu menjaga niat kita.
Afwan minkum.. ini hanyalah sebuah pendapat seseorang tentang pernikahan. Yang dia tak pernah merasakannya, yang dia hanya mengamati dari sekelilingnya. Hanya manusia biasa yang ingin terus belajar..