Bismillaah..
Mengenang masa lalu tak selamanya
menyedihkan. Aku ingat ketika menjadi siswa SMA, teman-temanku berdalih tak
menyukai pelajaran sejarah karena yang dibahas adalah masa lalu, kita harus
move on. Move on dong, move on! Tetapi hal ini sangat bertolak belakang dengan
perkataan The Founding Father, Ir. Soekarno yaitu dengan slogan khasnya JAS
MERAH (jangan sampai melupakan sejarah). Aku termasuk orang yang setuju dengan
beliau, karena dengan adanya masa lalu keberadaan kita akan diakui. Bayangkan, jika
kita melupakan jasa-jasa pahlawan kita terdahulu yang memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dengan harus menumpahkan darahnya sendiri. Betapa tak
tahu dirinya kita ini mengaku sebagai bangsa Indonesia. Menghargai jasa
pahlawan dengan meneladani sikap patriotismenya yang kita tahu melalui
pelajaran sejarah yang mengenang masa lalu itu.
Mengenang masa lalu tak selamanya
membosankan. Adakalanya kita harus mengenangnya hanya untuk sekedar menghibur
diri, menumbuhkan semangat dan bahkan dengan mengenang masa lalu kita dapat
mengerti arti kehidupan ini. Kali ini, aku akan mengajak kalian menembus lorong
waktu, bukan untuk ke masa depan 22 tetapi ke masa lalu. Belasan tahun yang
lalu……. Menceritakan sosok lelaki idaman.
“Ayah.. ayah datang.” Aku berlari
menyambut kedatangan sosok yang dirindukan. Sosok yang sejak tadi aku
tunggu-tunggu. Aku dekap ia dengan erat, beliau membalas dekapanku dengan
hangat. Kemudian digendongnya aku memasuki rumah. Aku tak dapat melepaskan
pandanganku dari wajahnya. Wajah yang teduh, wajah yang sangat patut
dirindukan. Saat itu, aku tidak mengerti betapa lelahnya ia seusai bekerja. Aku
memulai memainkan drama lagi, aku merengek, “Ayah yoklah jalan-jalan.” Ia
mengiyakan sambil tersenyum. Begitulah setiap harinya, dia akan mengajakku
berkeliling kota atau hanya sekedar bermain ayunan di taman kota. Dia tak
pernah tampak letih, dia selalu berusaha memberikan senyuman terbaik, ayunan
terbaik serta gendongan terbaik untukku..
Hingga malam tiba, dia tetap
menemaniku, berada disampingku. Dia
selalu membantuku dalam menyelesaikan pekerjaan rumahku. Dia adalah guru
terbaik, ahli matematika, ahli sejarah, ahli politik. Dia dapat mengingat
pelajarannya dulu sewaktu sekolah dengan baik. Keren, begitulah cerminan siswan
zaman dulu. Sekolahnya sungguh-sungguh sehingga dapat selalu diingat sepanjang
masa. Bahkan hingga kini, tugas-tugasku tak lepas dari pendapat-pendapatnya.
Menjelang tidur pun, beliau tetap
di sampingku. Menemaniku hingga aku terlelap dalam tidurku. Dia tak akan
berhenti berdongeng sebelum aku dapat dipastikan benar-benar telah terlelap.
Dongeng haha. Iya dongeng yang hingga kini tak penah aku lupakan. Karena
dongeng-dongeng tersebut ku dengar setiap harinya. Dongeng itu Pangeran Kodok,
Mak Karak, Bolli sang Anjing Pintar dan masih banyak lagi yang diakhir
ceritanya selalu, “Mereka pun berbahagia, pesta 7 hari 7 malam.” Mungkin kalian
tak pernah mendengar dongeng-dongeng tersebut, aku juga. Aku hanya mendengar
itu dari dia. Dia yang sangat aku sayang…
Pernah suatu ketika, tepat di bulan
Ramadhan. Dengan diiringi lantunan Al-Qur’an dari masjid dekat rumah. Seperti
biasa, dia menemaniku untuk menuju tidurku. Setelah selesai ia berdongeng, aku
memejamkan mataku. Dia memejamkan matanya. Dipegangnya dengan erat tanganku.
Sangat erat. Hingga aku merasa risih dan ingin melepaskan genggamannya. Semakin
aku melepaskan genggamannya itu, semakin ia menggenggam tanganku erat. Tak ada
kata-kata waktu itu. Tapi sekarang aku mengerti, dia melakukan hal tersebut
ingin mengatakan kepadaku bahwa ia akan selalu menggenggam erat tanganku di
saat aku senang maupun sedih, di saat aku bangkit maupun jatuh. Ia akan selalu
ada, memberikan genggaman tangan yang selalu menguatkanku.
Ayah.. akan selalu menjadi
idolaku sampai saat ini
Ayah.. akan selalu menjadi sosok
yang aku rindukan dan lelaki idaman
Ayah.. engkau adalah sosok yang
mencerminkan hadits Rasulullah. Berkata baik atau diam.
Ayah.. Kebijaksanaanmu itu yang
membuat bicaramu selalu menjadi solusi, perbuatanmu selalu menjadi teladan.
Ayah.. dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Kau selalu mengantarku. Ridhoi aku untuk mengantarkanmu ke
syurga Allah. In syaa Allah. Karena Ridhomu adalah Ridho Allah.
Salam sayang dari anakmu, yang
selalu ingin menjadi putri kecilmu~